- Tribun Jakarta
- Warta Kota
- Tribun Jogja
- Tribun Jabar
- Surya
- Tribun Jateng
- Tribun Bali
- Banjarmasin Post
- Sriwijaya Post
- Bangka Pos
- Tribun Batam
- Tribun Jambi
- Serambi Indonesia
- Tribun Kaltim
- Tribun Lampung
- Tribun Manado
- Tribun Medan
- Tribun Pontianak
- Tribun Pekanbaru
- Tribun Timur
- Tribun Sumsel
- Pos Kupang
- Pos Belitung
Berkibarnya Bendera Pegadaian
Senin, 25 Mei 2015 09:29
Oleh WS Irawan,
Penulis Lepas, Seniman dan Budayawan Asal Lombok, NTB
"AKU mau touring bersepda lagi ne, ayo suport saya!" Kataku lewat Fb pada seorang sahabat yang kini bertugas di Kupang-NTT sebagai kepala Pegadaian di sana.
"Oke, aku suport kamu. Kebetulan logo Pegadaian baru ne. Pasang, ya?" Ujarnya. Maksudnya agar dikibarkan benderanya selama perjalanan touringku kali ini. "Woke!"
Entah kenapa, aku begitu saja mengiyakan sarannya. Dalam benakku terpikir. Pegadaian adalah Paganisme. Adalah 'berhala', adalah metode berfikir soal tuhan. Simbolisme yang mereduksi lingkungan dan merepresentasikan wadagnya, untuk mewakili pemahamannya soal tuhan. Buatku, itu PAS sekali. Dengan logo Pegadaian berupa timbangan.
Ritual terpenting dari ajaran paganisme berkaitan dengan seks dan perang. Segala bentuk penyembahan berhala bertumpu pada pemuasan hawa nafsu dan kekuatan fisik duniawi untuk mencapai surga duniawi. Tidak ada aspek transcendental dalam semua ajaran paganisme. Sementara agama samawi menitik beratkan pencapaian tertinggi dalam kehidupan bersifat transcendental, dalam konsep kebahagiaan ruhaniyah yang abadi sesudah mati di alam akhirat.
Sementara tema touringku kali ini adalah TOUR DE JAVA Dalam rangka PILPRES. Bukan untuk memihak pada salah satu kandidat. Tapi lebih pada, menemukan semangat PILPRES, pada waktu penjoblosan. Maksudku saat prosesi PILPRES berlangsung posisi saya di Jawa di mana? Meskipun, kuat dugaan selama melewati kota-kota, seperti Denpasar, Jember, Malang, Madura, Tegal, Pekalongan, Semarang dst. Aku sudah berada di Jogja. Di Jogjalah energi PILPRES itu begitu kuat. Gambaran semangat demokrasi paling awal, bagi pemahaman diriku sendiri pada makna demokrasi di Indonesia.
Akhirnya aku pesan 3 bendera Pegadaian untuk di sablon pada seorang kawan di Mataram. Bendera Pengadaian itu berkibar begitu genit dan seksi. Bahkan lebih seksi ketimbang bendera partai salah satu calon presiden. Setiap kali bertemu dengan kantor Pegadaian di semua wilayah kota yang saya lalui. Bendera yang ku pasang dan kutempatkan dibelakang sepeda itu, seolah-olah mengucap tabik, hormat dan mengingatkan pada PAGANISME di Indonesia. Pada berhala-berhala yang tanpa di sadari terus berkembang di tengah-tengah bangsa ini.
from pekanbaru tribunnews
0 komentar:
Posting Komentar